Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil tanaman kelapa sawit terbesar di Indonesia. Usaha perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara merupakan kegiatan ekonomi agribisnis kelapa sawit dan tertua di Indonesia. Sumatera Utara merupakan pusat sumber penyebaran dan pembelajaran daerah – daerah lain di Indonesia. Penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara adalah daerah-daerah sentra agribisnis kelapa sawit.
Turunnya harga sawit di Sumut disebabkan karena banyaknya petani swadaya yang menggunakan bibit murah, ilegitim, sehingga ketika dipanen, kualitasnya tak sesuai permintaan PKS apalagi dipanen saat masih muda. penggunaan bibit murah dan panen pada usia mudah merupakan penyebab utama di beberapa daerah, harga TBS anjlok.
Selama ini TBS perkebunan rakyat dibeli pedagang pengumpul karena PKS hanya mau membeli dalam volume besar yakni minimal 5 ton. Penyebab lainnya yakni kondisi sarana dan prasaran di area perkebunan swadaya selama ini kurang memadai, sehingga biaya pengangkutan buah ke lokasi PKS menjad lebih mahal. Salah satu hasil produksi tanaman sawit adalah TBS (Tandan Buah Segar) yang akan diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil). Bila harga jual TBS di pasaran turun, maka dengan sendirinya penerimaan petani dari sawit juga akan berkurang, mengakibatkan pendapatan petani juga berkurang.
Faktor internal lainnya, sebut Herawati yakni pungutan Badan Layanan Umum yakni US$50 per ton untuk ekspor kepada pengusaha sawit dan US$30 per ton untuk produk turunan CPO serta belum berkembangnya industri hilir kelapa sawit di Indonesia. "Saat ini dari total produksi CPO, kita mengekspor 70% dan sisanya diolah di dalam negeri. Sementara itu, permintaan dari sejumlah negara pembeli utama CPO kita seperti India dan China menurun.
Ekonomi global dalam tiga tahun ke depan (2022–2024), diperkirakan akan mengalami resesi ekonomi diikuti oleh tingkat inflasi (stagflasi). Dengan demikian, akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi yang dapat mengurangi daya beli masyarakat global. Kondisi ini menyebabkan penurunan daya beli CPO negara pengimpor, karena ekonomi mengalami resesi yang meningkatkan biaya produksi karena lebih tingginya inflasi global.